Akbar Faisal dari Hanura mempertanyakan pengaruh krisis Finansial Global dan dampaknya bagi perbankan dan perekonomian Indonesia."Apakah saat itu kondisi Indonesia mengalami krisis,"tanyanya kepada Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla,yang dipimpin oleh Wakil Ketua Pansus Angket Bank Century Mahfudz Siddiq, di Gedung Nusantara,Kamis, (14/1).

Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai krisis ekonomi global yang terjadi di Indonesia efeknya tidak separah yang didengung-dengungkan. "Ini merupakan krisis yang terjadi di Amerika bukan krisis di Indonesia, sementara Bank Indonesia tidak terkait dengan Lembaga Keuangan di Amerika Serikat,"katanya saat menjawab pertanyaan dari anggota Dewan.

Menurut Jusuf Kalla, permintaan dari Jepang menurun, dampaknya harga juga menurun. sementara, untuk pasar saham juga turun namun hal tersebut disebabkan, pemodal atau fund manajer karena memangnya uang mereka dibutuhkan di negerinya. "Pasar modal turun namun dampaknya tidak terjadi bagi masyarakat Indonesia karena baru setengah persen penduduk beraktifitas di pasar modal, jadi efeknya kecil,"paparnya.

Dia menambahkan, kondisi keuangan di Indonesia saat itu dollar banyak keluar, sehingga SBI menurun. "Jadi wajar kurs mencapai 12 ribu Rupiah terhadap dollar, sementara pada tahun 1998 kurs naik mencapai 600 persen dari 2400 Rupiah mencapai 12 ribu Rupiah terhadap dollar,"terangnya.

Dia mengatakan, kenaikan kurs tahun ini cuma 20 persen,sementara inflasi 3 persen. "Jadi efeknya tidak berpengaruh, untuk harga Crude Palm Oil (CPO) memang menurun, kita terkena imbas krisis Amerika dari sisi efek permintaan barang saja,"katanya. (si) Foto.doeh/parle.